[Booktour] Kami (Bukan) Jongos Berdasi

Dear pembaca,
Pernah dengar judul buku “Kami (Bukan) Jongos Berdasi” nggak?
Pertama kali yang kalian pikirkan saat mendengarnya ini buku genrenya apa? Melalui judulnya, kamu penasaran nggak isinya?
Buku ini ialah serial kedua novel “Kami (Bukan) Sarjana Kertas”.
Cek identias bukunya dulu, yuk!


Judul : Kami (Bukan) Jongos Berdasi
Penulis : J.S. Khairen
Penerbit : Bukune
Tahun terbit : Oktober, 2019
Tebal : 409 halaman
Harga : P. Jawa – Rp. 99.000,00

[Blurb]
Alumni Kampus UDEL kini telah lulus. Masuk ke dunia nyata yang penuh tikus. Ada yang bertahan, ada yang sebentar lagi mampus.

Kerja di Bank Eek? Ada. Kerjanya pindah terus? Ada. Bimbang ikut keinginan orangtua atau ikut kata hati? Ada. Apa lagi pengangguran banyak acara, pasti ada. Namun, diam-diam ada juga yang kariernya lancar, gajinya mekar, dan jodohnya gempar menggelegar.

Mendapat intimidas dari rekan kerja, lingkungan, dan keluarga itu sudah biasa. Mendapat cemoohan bagi yang ingin berkarya, jelas jauh-jauh lebih biasa. Menerima perlakuan semena-mena, hingga tertawaan dan hinaan adalah sarapan pagi.

Akankah mereka bertahan di dunia yang penuh intrik ini? Atau mereka harus jadi jongos berdasi, pura-pura mampu beradaptasi, dengan tantangan dunia yang terus gonta-ganti?




Ada yang seperti Sania yang bekerja di tempat yang enak namun tertekan batinnya? Atau juga seperti Sania yang ingin menjadi diva namun susah digapainya? Atau bekerja namun merasa ada kecurangan?

Atau, seperti Gala yang terjun menjadi guru padahal itu bukan jurusan yang diambilnya semasa kuliah dulu?

Pernah berada di posisi Arko yang kuliahnya tidak selesai-selesai malah mengejar cita-cita hingga keliling dunia dengan uang pas-pasan? Saat kembali ke Indonesia, ia menjadi buronan dosen untuk dituntut agar selesaikan kuliah hingga kampus itu dibubarkan?

Hm … mungkin seperti Juwisa yang punya impian melanjutkan S2 di luar negeri namun mendapatkan musibah yang amat besar?

Mungkin juga seperti Randi dengan karier cemerlang namun impian ingin punya program sendiri dan juga ingin menikah namun susah digapai?

Seperti Lira yang seorang S3 analisa rekayasa genetik hewan kembali ke Indonesia terpaksa menjadi dosen kampus UDEL dan pindah ke UDIN?

Oh, yaya! Atau seprti Ogi yang kena DO namun menjadi orang yang amat sukses?

Adakah di antara kalian mengalami seperti geng Ogi ini?
.
.


Buku ini sungguh memberi inspiratif bagi banyak orang. Mungkin ada yang sedang terpuruk, capek kerja namun tidak sampai target, diperbudakkan, dan segala macam, buku ini cocok dibaca oleh kalangan apa pun yang hendak mencari motivasi dan semangat hidup.

Buku ini mengisahkan tentang geng Ogi yang terdiri dari Sania, Arko, Gala, Juwisa, Randi, Lira, dan Ogi sendiri. Diceritakan pada dalam cerita ini ialah jatuh bangun setiap orang dalam geng Ogi. Jatuhnya ada yang setengah biasa aja, ada yang biasa aja, ada yang biasa, ada yang setengah sedang, bahkan paling parah jatuh ke lubang yang sulit untuk bangkit.

Bukan hanya kisah jatuh mereka, di sana juga ada bagaimana mereka bangkit dari jatuh yang amat berat itu. Mereka lalui dengan mencoba tidak meribetkan orang lain walaupun juga tetap meribetkan.

Aku belum pernah baca buku serial pertamanya yakni Kami (Bukan) Sarjana Berdasi. Namun, buat kalian yang sama halnya denganku yang belum membaca judul pertama, jangan takut untuk tidak nyambung. Walaupun tidak sepenuhnya, di novel Kami (Bukan) Jongos Berdasi ada menjelaskan kilasan masa lalu yang sedikit namun selaras dengan kelangsungan hidup mereka.

Agak gimana-gimana gitu dengan bahasa kasar yang digunakan. Namun aku mencoba tidak mempermasalahkan itu karena memang di jaman saat ini, bahasa itu sedang berkembang pesat pasarannya. Bahasa gaul di dalam sana atau bahasa tidak baku jelas tepampang nyata namun mengalir begitu saja bak anak kekinian. Its oke. Hal itu tidak masalah karena amanat yang disampaikan novel ini amat tinggi dan cocok untuk kami generasi millennial. Bahkan, generasi old pun cocok membacanya.

Minusnya di buku ini, banyak dialog tag yang tidak sesuai. Penempatan nama yang tidak seharusnya ditempatkan. Seperti hendak mengatakan Juwisa, namun malah Sania yang tidak ada di latar tempat itu malah disebutkan. Namun, ya, tidak apa bagi orang yang berinsting tinggi.

Btw, setelah membaca buku ini, aku semakin semangat berkarya. Buku ini seakan-akan menunjukkan atau membisikkan kata, “Semua sudah diatur Tuhan. Sekarang, urusanmu sendiri bagaimana cara kamu mengikuti aturan itu. Intinya, terus berusaha dan pantang menyerah.”

Satu kata yang aku suka dari buku ini:
“Alam semesta tidak diam untuk setiap harga yang kau bayar lewat air mata dan keringat. Tiap tetasan adalah bibir yang akan menjulang tinggi, mengganti rugi semua lelahmu.”
🌟 8/10

Sukses terus Mas Khairen. Karya Anda sangat menginspirasi. Salam, Nadyr!



Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Review] Panggung Shakespeare

[Review] Cari Cinta

[Review] The Great Muslimah