[Review] Mrs. Chan

Dear pembaca,
Aku akan mengreview sebuah buku yang terlihat dari covernya seperti bergenre horor. Apakah ini novel bergenre horor? Atau malah genrenya beda dengan yang terlihat? Menurutku sih, bukan genre horor. Kenapa? Mau tahu ‘kan alasannya? Berarti harus simak reviewku sampai selesai. Tapi, nanti kita tanya deh sama penulisnya, sebenarnya novel ini genrenya apa. Sebelumnya, simak identitas bukunya dulu, ya!


Judul : Mrs. Chan
Penulis : Tami Lynn
Penerbit : Laksana
Tahun terbit : 2019
Tebal : 288 halaman
Harga : P. Jawa – Rp. 68.000,00

[Blurb]
Seluruh lampu di rumah itu belum dinyalakan sehingga gelapnya membuat ibu bertanya-tanya, ke manakah suaminya itu?

“Sayang …” Kaki ibu berhenti di ambang pintu kamar oleh suara jendela yang terbuka perlahan. Tirai putih yang transparan, meliuk-liuk bagaikan seorang anak kecil yang berdansa.
“Apa ini?” Ia menatap bercak-bercak darah di ambang jendela. Bercak darah yang bentuknya percikan kecil membentang vertical dari sisi jendela ke dinding.

Seorang comedian terkenal dinyatakan hilang selama berhari-hari. Kecurigaan pun jatuh pada sosok sang istri yang seorang penulis kondang. Benarkah dia dalang sebenarnya atau ada seorang musuh di luar sana yang menyimpan dendam? Siapa saja yang terlibat?
.
Bagaimana dengan blurbnya, kalian sudah bisa menebak ini genrenya apa?




Buku ini mengisahkan tentang hilangnya sosok komedian tersohor bernama Tuan Chan yang tidak meninggalkan jejak. Sang istri yang bernama Mrs. Chan adalah seorang penulis yang tak kalah terkenal itu memiliki sifat yang amat tenang. Hal itu membuat polisi dan banyak wartawan mencurigai hilangnya komedian terkenal itu akibat ulah istrinya sendiri.

Buku ini menggunakan sudut pandang si kucing peliharaan Mrs. Chan. Namun, bukan hanya dari si kucing bernama Kuning telur saja, cerita ini juga mengangkat sudut pandang dari Nyonya Chan Tua, Nona Tikus yang memang merupakan hewan berjenis hama itu, lalu Yasin si pengacara yang ingin mengubah nasibnya di bidang detektif, serta sudut pandang orang ketiga dari penulis. Satu lagi sudut pandang yang tidak boleh dilupakan ialah masa lalu Mrs. Chan, Tuan Perlente. Namun, sudut pandang pecahnya masalah ini berada pada Nona Tikus yang menceritakan kronologis hilangnya Tuan Chan.

Sedikit bingung memang dengan cerita ini di akhir perjalanan ceritanya, di bab Angsa Manja Hilang, si Kuning Telur menjelaskan bagaimana hilangnya atau sadarnya Mrs. Chan atas kehilangan suaminya. Lantas, kenapa di akhir cerita Nona Tikus atau Kuning Telur tak menjelaskan hal yang seperti dijelaskan Angsa Manja?

Namun, hal itu tidak jadi masalah saat melihat endingnya atau penyelesaian kronologisnya. Semua dikemas dengan apik dan masuk di akal. Tidak akan kita pembaca mengkerutkan kening yang berlebihan.
.
Sudah bisa tebakkah genre apa yang aku tangkap dari cerita ini?




Saat membaca awal bab yaitu Angsa Manja Hilang, aku sedikit yakin bahwa cerita ini bergenre horor. Namun, semakin di pertengahan cerita dan penyelesaian masalah, aku tidak menyadari ada sisi horor di dalam sana. Aku tidak mendapatkan hantu, atau kejadian yang mengerikan lainnya. Namun, teror yang dialami Mrs. Chan bisa kembali membuat kita berpikir cerita ini horor.

Namun, asumsi genre horor itu kembali terhapuskan. Malah saat mencapai ending, aku mengklaim sendiri bahwa genre yang diangkat oleh Kakak penulis ini ialah misteri. Kenapa aku bisa mengklaim dengan seenak jidat? Karena di dalam cerita ini mengkemaskan pemecahan kasus yang dibiarkan lenyap begitu saja.

Kenapa dilenyapkan?

Nah, ayo baca ceritanya. Aku bisa menjamin bahwa kalian tidak akan rugi membaca cerita ini. Namun, siapkan diri di beberapa helai cerita yang sedikit jorok bukan dalam konten pornografi. Tapi, setelah melewati helaian itu, kalian akan menikmati ceritanya dan ketagihan untuk lanjut dan lanjut.

Kak Tami mengemas cerita ini dengan baik dan amat mengesankan. Jika benar ini bergenre misteri, maka ini buku pertama bergenre misteri yang aku baca. Dan aku tidak bisa berbohong bahwa aku terkesan dengan buku ini dan cara kepenulisan Kak Tami.

Sukses terus, Kak. Maaf jika ada kesalahan dan kesilapan. Salam, Nadyr!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Review] Panggung Shakespeare

[Review] Cari Cinta

[Review] The Great Muslimah